SENJATA KELIMA
Terimalah Ketopong
Keselamatan
Apakah yang dimaksud dengan ketopong?
Ketopong adalah alat pelindung kepala yang terbuat dari kulit atau baja,
khususnya dipakai pada saat maju ke medan perang.
Pada zaman purba, konon ketopong hanya dimiliki
oleh orang tertentu seperti para raja, dan para pemimpin terkemuka. Pada saat
Daud mau berperang melawan Goliat, raja Saul membekali Daud dengan ketopong
miliknya sendiri.
Firman Tuhan dalam kitab Samuel berkata:
“Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga
di atas kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya” (1 Samuel 17:38).
Kemudian pada masa Perjanjian Baru, rasul
Paulus menggambarkan prajurid Kristus dengan kiasan prajurid yang mengenakan
ketopong sebagai pelindung kepala. Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, rasul
Paulus berkata: “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu
firman Allah,” (Efesus 6:17).
Pada kesempatan ini kita tidak banyak
membahas mengenai ketopong baja yang digunakan oleh para prajurid perang pada
jaman purba. Kita akan lebih membicarakan mengenai ketopong rohani seperti yang
dibicarakan oleh rasul Paulus.
Mengapa kita harus menerima ketopong
keselamatan itu? Kita harus menerima ketopong keselamatan – firman Tuhan itu dan
mengenakannya untuk melindungi bagian kepala kita. Kita harus betul-betul
melindungi bagian kepala kita dengan kuasa firman Tuhan karena di bagian kepala
kita itulah terdapat otak yang mengolah data berbagai hal yang kita pikirkan.
Di bagian kepala ini juga berada telinga dan
mata sebagai saluran berbagai data informasi masuk ke otak kita. di sini
jugalah berada mulut dan lidah yang menjadi alat ucap kita yang
mengomunikasikan ide kita secara verbal kepada Tuhan dan kepada sesama.
Pokoknya di bagian kepala ini lah keberadaan
indera kita yang bisa diganggu oleh musuh untuk mengacaukan pemahaman dan
komunikasi kita kepada Tuhan dan sesama kita.
Oleh karena itu, kita harus menerima ketopong
keselamatan yang Tuhan sediakan bagi kita – firman Tuhan untuk melindungi
bagian kepala kita agar terlindung dari serangan musuh, yaitu si iblis.
Memang kita harus sungguh-sungguh melindungi
bagian kepala kita dan seluruh indera kita yang ada di sana dengan ketopong
keselamatan yang Tuhan sediakan bagi kita.
Sesungguhnya musuh kita si iblis telah
dikalahkan oleh Yesus. Si musuh itu sesungguhnya sudah tidak berdaya lagi untuk
menyentuh kita secara langsung. Tetapi kita harus tetap waspada karena musuh
yang licik ini terus berusaha memerangi kita dengan tipu dayanya.
Sekarang si musuh hanya bisa melawan kita
dengan cara tipu daya. Dia ingin menghalangi kita untuk memahami firman Tuhan.
Dia ingin mengacaukan pengertian kita tentang keselamatan yang Tuhan berikan
kepada kita. Dia akan berusaha menanamkan dusta dalam diri kita dengan
memutarbalikan fakta yang ada. Misalnya, dia akan mengatakan bahwa kita tidak
berharga, kita orang berdosa, kita lemah, tidak berpengharapan, dan lain
sebagainya.
Pokoknya dia akan terus menghujani kita
dengan fitnah dan membawa kita kepada hal yang negatip. Bahkan dia akan terus
berusaha mencobai setiap anak Tuhan dari berbagai segi kehidupan. Dia akan
selalu berusaha memanfaatkan kelemahan kita agar kita terjatuh dan menjauh dari
Tuhan.
Kita harus tetap bertahan dengan ketopong keselamatan
yang kita miliki. Kita harus melawannya dengan dengan senjata yang kita miliki,
yakni pedang Roh – firman Tuhan.
Semasa kehadiran-Nya sebagai manusia di
dunia, Yesus sendiri pun telah pernah menghadapi pencobaan dari iblis. Setelah
Yesus selesai berpuasa selama empatpuluh hari di padang gurun, Ia pun sangat
lapar. Si iblis datang untuk mencobai Yesus.
Tetapi Yesus melawan dan mengalahkannya
dengan Firman Tuhan. Kita pun dapat mencontoh apa yang telah Yesus lakukan
untuk melawan iblis. Yesus tidak melawan si iblis dengan kungfu atau silat.
Juga tidak menggunakan senjata mesin, seperti pistol atau bedil.
Dia hanya menggunakan pedang Roh – firman
Tuhan dengan cara mengatakan: “Ada tertulis…”. Contoh mengenai hal ini dapat
kita lihat dalam Injil Matius 4:3-4: “Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata
kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini
menjadi roti.”
Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia
hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah.”. Yesus selalu mematahkan serangan musuh, yaitu si iblis dengan
mengatakan: “Ada Tertulis…”, hingga akhirnya si musuh menyerah dan kalah.
Oleh karena itu, kita haruslah memiliki
pemahaman yang benar tentang firman Tuhan. Jika tidak demikian kita tidak
mungkin bisa menggunakan Firman Tuhan menjadi ketopong keselamatan bagi kepala
kita.
Kita harus mempelajari firman Tuhan hingga
sungguh-sungguh memahaminya. Mintalah tuntunan Roh Kudus untuk memberikan
pemahaman yang hakiki mengenai firman Tuhan yang kita pelajari.
Kita hanya perlu memahami saja karena Tuhan
telah menaruh firman-Nya di dalam hati kita. Untuk memahaminya dengan benar
maka kita membutuhkan tuntunan Roh Kudus.
Firman Tuhan mengatakan: “sebab setelah Ia
berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu
itu,” Ia berfirman pula: : “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan
menuliskannya dalam akal budi mereka,” (Ibrani 10:16).
Seorang peserta dewasa kursus alkitab pernah
bertanya kepada saya. Bagaimana firman Tuhan itu bisa menjadi senjata perang
dalam peperangan rohani? Mohon dijelaskan pak.
Firman Allah adalah bentuk komunikasi antara
Allah dengan manusia. Jika kita membaca alkitab maka kita dapat melihat
bagaimana Allah berkomunikasi dengan manusia. Allah berfirman,
dan manusia menjawab dan melakukannya.
Firman Tuhan dalam kitab Kejadian: “Dan
Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawbku: Ya Tuhan!”
(Kejadian 31:11). Nats ini menggambarkan bagaiman Allah berkomuniksai dengan
Yakub.
Firman Allah merupakan penyataan diri Allah
kepada manusia. Kita dapat melihat bagaimana Allah menyatakan diri-Nya kepada
manusia, khususnya kepada para Nabi dan rasul.
Firman Tuhan kepada Musa dalam kitab
Keluaran: “Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Akulah Tuhan” (Keluaran
6:2). Lagi-lagi kita dapat melihat melalui nats ini bahwa Allah menyatkan
diri-Nya kepada Musa.
Firman Allah mengandung kuasa yang serupa
dengan kuasa Allah yang mengucapkannya. Mengenai hal itu dapat kita ketahui
dengan jelas dalam kitab raja-raja.
Ketika bangsa Israel berhadapan dalam perang
dengan orang Aram yang menghina Allah Israel maka datanglah seorang abdi Allah
menyampaikan firman Allah kepada raja Israel.
Dan apa yang dikatakannya itu benar-benar
terjadi dengan penuh kuasa. (1 Raja-raja 20:28).
Firman Allah disampaikan kepada manusia untuk
melaksanakan kehendak-Nya tanpa halangan, dan harus diperhatikan oleh para
malaikat dan manusia (Mazmur 103:20; Ulangan 12:32).
Firman Allah tetap untuk selama-lamanya
(Yesaya 40:8). Firman Tuhan tidak kembali kepada-Nya tanpa digenapi lebih dulu
(Yesaya 55:11).
Firman Tuhan yang kita peroleh sekarang ini
adalah dalam bentuk tertulis dalam Alkitab yang disebut logos.
Dalam PB Firman Tuhan (logos) disebutkan dengan nama atau istilah yang berbeda-beda namun maksudnya
tetap sama.
Firman Tuhan (logos) dipakai baik dalam arti biasa, maupun dengan pengertian
pesan Injil (Markus 2:2; Kis 6:2; Galatia 6:6).
Dalam surat-surat kiriman kita memperoleh
sebutan Firman Kehidupan (Filipi 2:16), Firman Kebenaran (Efesus 1:13), Kabar
Keselamatan (Kis 13:26), berita Pendamaian (2 Korintus 5:19), pemberitaan
tentang salib (1 Korintus 1:18). Namun semuanya maksudnya adalah Firman Tuhan (logos) yakni amanat dari Tuhan yang
dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan ditaati.
Firman Tuhan disebut juga rhema, yaitu firman yang kita ucapakan
dengan iman dan menjadi kenyataan dalam hidup kita. Inilah sesungguhnya yang
disebut dengan senjata rohani kita yang disebut dengan ketopong keselamatan dan
pedang Roh. Karena dengan firman yang kita ucapkan dengan iman kita akan
memperoleh keselamatan dan dapat melawan musuh.
Memahami firman Tuhan dengan benar dan
melaksanakannya dengan tekun berarti kita telah berupaya mengenakan ketopong
pada kepala kita. tetapi tidak cukup sampai disitu.
Kita juga harus sadar dan percaya bahwa kita
adalah anak-anak Tuhan, Raja segala raja. Dengan demikian berarti kita adalah
bangsawan, keluarga kerajaan. Kita menyadang status ini setelah Yesus menebus
kita dari segala dosa kita. kita tidak lagi berhutang kepada dosa, tetapi
kepada Yesus Kristus.
Sebagai anggota kerajaan Allah, kita berhak
mengenakan mahkota, yaitu ketopong keselamatan. Sebagai anggota keluarga
kerajaan Allah kita dianugerahi mahkota keselamatan. Selaku anggota kerajaan
yang mengenakan ketopong keselamatan, kita pun harus mengikuti segala peraturan
yang ada dalam kerajaan. Kita harus mengikuti dan taat terhadap perintah Raja
yang menjadi Bapa kita.
Sebagai orang benar karena dibenarkan oleh
Yesus Kristus, kita berhak mengenakan ketopong keselamatan yang dianugerahkan
Tuhan kepada kita. Kita mengenakan ketopong keselamatan menyatakan status kita
sebagai anak Tuhan, Raja segala raja.
Sebagai anak Raja kita telah diproteksi dari
segala gangguan, dan hidup kita telah dijamin. Oleh karena itu terimalah dan
kenakanlah ketopong keselamatan yang dianugerahkan kepada anda setiap hari.
Jadilah pemenang!